PAPER
MANAJEMEN RISIKO
STUDI
KASUS PT UNILEVER Tbk.
Sebagai Tugas dalam Mata Kuliah Manajemen
Risiko
Disusun oleh:
Yulita Nur Ainisa (11.311.023)
Pengertian Manajemen
Risiko
Manajemen risiko
adalah sebuah pendekatan metodologi yang terstruktur dalam mengelola (manage)
sesuatu yang berkaitan dengan sebuah ancaman karena ketidak pastian. Ancaman
yang dimaksud di sini adalah akibat dari aktivitas individu/manusia termasuk :
yang terdapat/berperan di dalamnya. Aktivitas ini meliputi penilaian risiko
yang mengancam, pengembangan strategi untuk menanggulangi risiko dengan
pengelolaan sumberdaya yang ada.
1.
Sejarah Unilever Tbk
PT
Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai
Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van
Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van
Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar
di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933
dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No.
3.
Dengan
akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli
1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92
yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama
perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh
Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23
Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998
Tambahan No. 39.
Perusahaan
mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam)
No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981.
Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para pemegang saham menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai nominal saham dari Rp 100 per saham menjadi Rp 10 per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris dengan akta No. 46 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No. C-17533 HT.01.04-TH.2003.
Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para pemegang saham menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai nominal saham dari Rp 100 per saham menjadi Rp 10 per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris dengan akta No. 46 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No. C-17533 HT.01.04-TH.2003.
Perusahaan
bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan
makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan
produk-produk kosmetik. Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan
Perusahaan pada tanggal 13 Juni, 2000, yang dituangkan dalam akta notaris No.
82 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 14 Juni 2000,
perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan memberi jasa-jasa
penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan
Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia dengan
keputusan No. C-18482HT.01.04-TH.2000. Perusahaan memulai operasi komersialnya
pada tahun 1933.
2.
Visi Dan Misi
v
Visi
·
Unilever berusaha menciptakan masa
depan yang lebih baik setiap hari. Kami membantu orang-orang merasa nyaman,
berpenampilan baik dan lebih menikmati kehidupan dengan brand dan pelayanan
yang baik bagi mereka dan juga bagi orang lain.
·
Kami akan menginspirasi
orang-orang untuk melakukan tindakan kecil setiap harinya yang dapat memberikan
perbedaan besar bagi dunia.
·
Kami akan mengembangkan cara baru
untuk melakukan usaha dengan tujuan mengembangkan perusahaan kami sambil
mengurangi dampak terhadap lingkungan.
·
Kami sepenuhnya menyadari bahwa
kami perlu mengembangkan model baru untuk pertumbuhan usaha. Kami bertujuan
melaksanakan program kerja jangka panjang dengan supplier kami, para pelanggan
dan rekan lainnya dalam mencapai tujuan ini.
·
Dengan portfolio brand kami yang
kuat, kehadiran yang menonjol pasar dan komitmen yang bertahan lama untuk
berbagi nilai kreasi, kami percaya kami berada di tempat terbaik untuk mencapai
tujuan ini.
v
Misi
·
Kemajuan sebuah perusahaan
dipengaruhi oleh banyak aspek, mulai dari visi dan misi perusahaan, bisnis plan
dan dalam edisi ini Human Capital akan membahas mengenai succession plan atau
rencana suksesi. Untuk menggali pengalaman mengenai rencana suksesi ini rasanya
sangat wajar jika kita coba berkaca pada perusahaan besar seperti PT. Unilever
Indonesia.
·
Bagi PT. Unilever Indonesia,
rencana suksesi dianggap sangat penting karena berkaitan dengan kelangsungan
perusahaan. “Rencana suksesi itu menurut saya sangat penting karena kami
beroperasi jangka panjang bukan hanya operasi satu atau dua tahun,” tutur
Joseph Bataona, Human Resources Director PT. Unilever Indonesia.
·
Secara teknis rencana suksesi PT.
Unilever ke depan, seperti dijelaskan Joseph, pertama karena pertumbuhan
perusahaan ke depan harus melihat apakah perusahaan akan punya karyawan yang
sama atau mengalami pertambahan atau pengurangan, kedua apakah perusahaan
mempunyai stock tenaga kerja dan apakah stock ini akan cukup atau perlu
ditambah atau mungkin orangnya tetap sama tetapi perlu dididik lagi untuk
memenuhi requirement di tahun mendatang. Dalam konteks unilever, sejak awal
tahun 70-an telah mempunyai program untuk merekrut fresh graduate dari
perguruan tinggi.
Studi Kasus
:
Dalam hal ini masalah yang dihadapi
PT. Unilever,Tbk adalah masalah penipuan
yang mengatas namakan PT. Unilever.
Yaitu dengan menyelipkan kertas undian yang diletakkan di dalam produk
Unilever seperti shampo, Rinso dsb. Penipuan seperti ini bagi orang yang mudah
tergiur akan sangat merugikan. Ia biasanya langsung senang dan tanpa
berfikir langsung menelpon nomor oknum
yang ada dalam kartu undian tersebut dan
ujung-ujungnya minta transfer uang.
Dalam promosi PT. Unilever tidak mengalami masalah
karena dalam stateginya PT. Unilever sangat hati-hati sehingga tujuan
perusahaan dengan mudah terpenuhi. Peranan merek bukan lagi sekedar sebagai nama ataupun sebagai pembeda
dengan produk-produk pesaing, tetapi sudah menjadi faktor penentu
untuk dapat menjadi trend setter dibidang industri.
Banyak perusahaan yang berhasil karena memiliki reputasi merek,
sehingga dapat membuka distribusi di kota-kota lain bahkan negara-negara
lain dengan menarik pelanggan sasaran melalui kekuatan-kekuatan merek
yang mereka miliki. Sebuah merek yangtelah mencapai ekuitas tinggi
merupakan asset yang berharga bagi perusahaan.
Untuk itu, mempertahankan dan meningkatkan
ekuitas merek bukan pekerjaan mudah, karena yang dihadapi adalah ekspektasi
pelanggan. Konsumen akan merasa familiar dengan nama merek yang pertama masuk ke pasar, sekalipun merek-merek yang masuk
belakangan berkinerja lebih baik. Ini akan mengarah kepada terciptanya
kesetiaan yang lebih besar pada merek pertama dan produsen. Kesetiaan pelangaan
menjadi kunci sukse tidak hanya dalam jangka pendek tetapi keunggulan
bersaing yang berkelanjutan. Contohnya seperti
sabun kecantikan merek Lux, yang
merupakan sabun kecantikan pertama yang masuk ke pasaran di Indonesia. Sabun kecantikan
merek Lux memperluas jenis produk sabun mandinya, yang tidak hanya sabun
mandi yang berupa batangan padat tetapi juga berupa sabun mandi cair.
Merek perlu dipersepsikan sebagai produk yang berkualitas tinggi, sehingga
konsumen dapatmemahami sebuah produk hanya melalui eksistensi, fungsi,
citra dan mutu. Kualitas di mata konsumen lebih bersifat subyektif,
tergantung bagaimana persepsi konsumen terhadap produk itu. Ketika kemudian jumlah merek yang dikenal konsumen
semakin banyak, maka peranan merek dapat diperluas sehingga mampu
memberikan asosiasi tertentu dibenek konsumen. Sebuah merek akan sering dihubungkan dengan fungsi dan citra khusus.
Nilai yang didasari merek sering kali didasari pada
asosiasi-asosiasi spesifik yang berkaitan dengannya. Asosiasi merek (brand
association) diupayakan dengan slogan, atau posisi yang diinginkan, atau
dengan strategi brand identity, yaitu menciptakan atribut yang penting
sebagai bahan yang dipersepsikan konsumen. Asosiasi-asosiasi merek seperti
Ronald Mc.Donald bisa menciptakan
sikap atau perasaan positif yang berkaitan dengan suatu merek. Merek dan
kwalitas berperan sebagi persepsi yang mempengaruhi keputusan membeli
pelanggan. Nilai haruslah menjadi landasan strategi dan taktik, karena nilai
merupakan alasan mengapa konsumen menggunakan produk dan tetap setia (loyal).
Nilai suatu brand yaitu menciptakan semakin banyak komsumen yang setia,
konsumen yang setia (loyal) adala htujuan setiap pemasar. Kesetiaan pelanggan
terhadap merek merupakan salah satu aset merek. Hal in sangat mahal nilainya
karena untuk membangunnya banyak tantangan yang harus dihadapi serta
membutuhkan waktu yang sangat lama.
1 komentar:
ada music nya jadi ga boring :)
Posting Komentar